Rabu, 17 Oktober 2012

PERNALARAN DEDUKTIF


Pernalaran Deduktif adalah suatu pernalaran yang berpangkal pada suatu peristiwa umum, yang kebenarannya telah diketahui atau diyakini, dan berakhir pada suatu kesimpulan atau pengetahuan baru yang bersifat lebih khusus. Metode ini diawali dari pembentukan teori, hipotesis, definisi operasional, instrument dan operasional.
Dengan kata lain, untuk memahami suatu gejala terlebih dahulu harus memiliki konsep dan teori tentang gejala tersebut dan selanjutnya dilakukan penelitian dilapangan. Dengan demikian konteks pernalaran deduktif tersebut, konsep dan teori merupakan kunci untuk memahami suatu gejala.

Pernalaran deduktif bertolak dari sebuah konklusi atau simpulan yang didapat dari satu atau lebih pernyataan yang lebih umum. Simpulan yang diperoleh tidak mungkin lebih umum dari pada proposisi tempat menarik simpulan itu, proposisi tempat menarik simpulan itu disebut Premis. Premis ada dua macam, yaitu premis mayor untuk pernyataan yang bersifat umum dan premis minor untuk pernyataan yang bersifat khusus. Dengan dasar dua premis itu dihasilkan simpulan yang logis dan sah.
Pernalaran deduktif itu sendiri bergantung pada premisnya. Artinya bahwa apa yang dikemukakan dalam suatu kesimpulan sudah tersirat dalam premisnya. Premis yang salah mungkin akan membawa kita kepada hasil yang salah dan premis yang tidak tepat juga akan menghasilkan kesimpulan yang tidak tepat.

Contoh:
Sebuah sistem generalisasi.
Laptop adalah barang eletronik dan membutuhkan daya listrik untuk beroperasi, DVD Player adalah barang elektronik dan membutuhkan daya listrik untuk beroperasi,
Generalisasi : semua barang elektronik membutuhkan daya listrik untuk beroperasi.

Cara penarikan simpulan secara deduktif adalah sebagai berikut :
v  Pernalaran deduktif yang menarik simpulan secara langsung
Yaitu simpulan yang secara langsung diambil dari satu buah premis.
Dengan lingkaran Euler kita dapat menguji simpulan yang dibuat logis atau tidak.
·         Semua Subjek (S) adalah Semua Predikat (P)
Contoh :
Semua anak yang sehat adalah semua anak yang tidak sakit.
·         Semua S adalah P ( Premis )
Contoh :
Semua sepeda beroda.
Semua mobil beroda.
# Sebagian Subjek (S) adalah predikat (P)
Contoh :
Sebagian hewan berekor.
·         Tidak satupun Subjek (S) adalah Predikat (P)
Contoh :
Tidak seekorpun macan adalah kangguru.
·         Sebagian Subjek (S) tidaklah Predikat (P)
Contoh :
Sebagian kaca tidaklah bening.
v  Pernalaran deduktif yang menarik kesimpulan secara tidak langsung yaitu :
1.      Silogisme
Adalah suatu bentuk proses pernalaran yang berusaha menghubungkan dua proposisi (pernyataan) yang berlainan untuk menurunkan suatu kesimpulan atau inferensi yang merupakan proposisi ketiga.

A.   Silogisme Kategorial
Merupakan silogisme yang terjadi dari tiga proposisi. Dua proposisi adalah premis dan satu proposisi adalah simpulan. Premis umum adalah premis mayor dan premis khusus adalah premis minor. Dalam simpulan terdapat subjek dan predikat. Subjek simpukan disebut term minor dan predikat simpulan disebut term mayor.
Contoh : Semua manusia adil.
Semua hakim adalah manusia.
Jadi, semua hakim adil.
Untuk membuat simpulan harus ada term penengah sebagai penghubung antara premis mayor dengan premis minor. Term penengah pada silogisme di atas adalah manusia, dan term penengah hanya ada pada premis bukan pada simpulan. Jika term penengah tidak ada, maka simpulan tidak bisa diambil.
Contoh : Semua manusia tidak adil.
Semua binatang bukan manusia.
Jadi, (tidak ada simpulan)
# Syarat umum silogisme kategorial sebagai berikut :
a.  Silogisme harus terdiri dari tiga term, yaitu term mayor, term minor, dan term penengah.
Contoh : Semua hama harus dibasmi.
Tikus adalah hama.
Tikus harus dibasmi.  
Term minor        = tikus.
Term mayor       = harus dibasmi.
Term penengah  = hama.
Jika lebih dari tiga term, simpulan akan menjadi salah.
Contoh : Baju itu tergantung di lemari
Lemari itu tergantung di dinding
      
Dalam premis ini terdapat empat term, yaitu baju, tergantung di lemari, lemari, dan tergantung di dinding.
Maka dapat ditarik simpulan.

  b. Silogisme terdiri atas tiga proposisi, yaitu premis mayor, premis minor dan simpulan.

c. Dua premis negatif tidak dapat menghasilkan simpulan.
Contoh : Semua belalang bukan kupu-kupu.
           Tidak seekor kupu-kupu pun adalah kepik.

d. Bila salah satu premisnya negatif, simpulan pasti negatif.
 Contoh : Semua buaya bukanlah kura-kura.
                    Semua kura-kura bertempurung.
                    Jadi, semua buaya tidak bertempurung.

e. Dari premis yang positif, akan menghasilkan simpulan yang positif.
Contoh : Semua hewan buas adalah karnivora.
Semua buaya adalah hewan buas.
Jadi, Semua buaya adalah karnivora.

f. Dari dua premis yang khusus tidak dapat ditarik satu simpulan.
Contoh : Sebagian hewan berekor adalah kera.
Sebagian katak berekor.
Jadi, (tidak ada simpulan)

g. Jika salah satu premisnya khusus, maka simpulan akan bersifat khusus.
Contoh : Semua mahasiswa adalah lulusan SMA.
Josef adalah mahasiswan.
Josef adalah lulusan SMA.
h. Dari premis mayor yang khusus dan premis minor yang negatif, simpulan tidak dapat dibuat.
Contoh : Beberapa manusia bersikap sopan.
Tidak seekor binatang pun adalah manusia.
Jadi, (tidak ada simpulan)

B.   Silogisme Hipotesis
Silogisme hipotesis adalah silogisme yang terdiri atas premis mayor yang berproposisi kondisional hipotesis atau pengandaian jika suatu kondisi tertentu terjadi. Sedangkan  premis minornya memenyatakan kondisi pertama terjadi atau tidak terjadi. Simpulan pun akan menyatakan apakah kondisi kedua terjadi atau tidak. Kondisi pertama disebut anteseden dan kondisi kedua disebut konsekuensi. 
Contoh : 
            Jika Reno lulus, Reno akan menjadi sarjana.
            Reno menjadi sarjana.
            Jadi Reno lulus.

            Jika Reno tidak lulus, Reno tidak akan menjadi sarjana.
            Reno tidak menjadi sarjana.
            Jadi Reno tidak lulus.

C.   Silogisme Alternatif
Silogisme ini memasangkan dua pernyataan dan mengatakan jika salah satu pernyataan tidak benar, maka pernyataan yang lain terjadi atau benar. Di sini premis mayor berupa proposisi alternatif. Apabila premis minornya membenarkan salah satu alternatif, simpulannya akan menolak alternatif lain. 
Contoh :
            Kompor itu menggunakan minyak atau gas.
            Kompor itu menggunakan minyak.
            Jadi, kompor itu tidak menggunakan gas.

            Kompor itu menggunakan minyak atau gas.
            Kompor itu tidak menggunakan minyak.
            Jadi, kompor itu menggunakan gas.
2.      Entinem
Silogisme ini jarang sekali ditemukan dalam keseharian, baik dalam bentuk tulisan maupun lisan. Namun, ada bentuk silogisme yang tidak memiliki premis mayor karena yang sifatnya umum. Yang tunjukan hanya premis minor dan simpulan.
Contoh :
            Semua umat islam adalah haji.
            Susan seorang muslim. 
            Jadi, Susan seorang haji.
Dari silogisme ini dapat ditarik entimen, yaitu "Susan seorang haji karena dia seorang muslim".
Dengan demikian, silogisme dapat dijadikan entimen. Sebaliknya, sebuah entimen juga dapat dijadikan silogisme.


Sumber :
Prof. Dr. E. Zaenal Arifin, M. Hum. dan Drs. S. Amran. Tasai, M. Hum. 2009.Cermat Berbahasa Indonesia untuk Perguruan Tinggi.Jakarta: Akademika Pressindo.
Jos Daniel Parera.1991.Belajar Mengemukakan Pendapat.Jakarta: Erlangga.