Tulisan ini merupakan kelanjutan dari kisah sebelumnya, yang berakhir pada sebuah moment yang begitu pahit yaitu sebuah perpisahan yang belum aku ketahui penyebabnya. Perpisahan yang membuatku begitu hancur, serasa tak rela untuk melepasnya. Setelah aku tahu penyebab nya, ternyata dia menuduh aku telah mengkhianati cintanya. Dia seseorang yang paling benci dengan sebuah pengkhianatan, maka dari itu dia langsung memutuskan untuk berpisah tanpa mencari tahu yang sebenarnya. Yang ternyata pengkhianatan itu hanya fiktif belaka dari temannya saja yang tidak suka dengan adanya hubungan kami.
Dia tidak mau mendengar apapun penjelasan dari ku, dia teramat sangat membenci ku. Setelah memutuskan hubungan kita, putus pula komunikasi dan silaturahmi kita berdua. Untuk melihat ku saja dia tidak mau, padahal kita bertetangga. Selalu pergi dan menghindar saat aku berada diluar rumah.
Berhari-hari, berbulan-bulan kami loss contact. Saat dia lulus SMA dan melanjutkan pendidikannya ke perguruan tinggi, dia tinggal bersama saudaranya di jakarta. Semakin jauh lah kita, dan aku berada pada titik yang berat untuk aku jalani. Terbiasa pergi ke sekolah bersamanya, kini aku hanya sendiri. Terbiasa bergurau dengan nya sepanjang perjalanan, kini hanya terdiam sendiri meratapi kenyataan yang telah terjadi.
Aku mencoba untuk bangkit, dan semangat menjalani hari-hari ku tanpa nya. Aku berusaha keras melupakan nya, berbagai cara aku lakukan dengan meningkatkan aktivitas ku sehari-hari hingga menerima cinta laki-laki tanpa membalas perasaan cintanya. Bukan maksud ku untuk menyakiti perasaan nya, dengan aku menerima nya aku berharap laki-laki itu dapat membantu ku untuk melupakan Mr. Z itu.
Aku jalani hubungan tanpa perasaan apapun, ternyata aku belum juga dapat melupakan nya walau telah berbulan-bulan menjalani hari bersama nya. Dia tidak bisa membantu ku untuk dapat melupakannya, hanya dia yang selalu ada di pikiran ku. Sudah dua kali aku mencoba jalani hubungan seperti itu, namun tetap tak bisa.
Aku memutuskan untuk sendiri tanpa seorang teman yang mengisi hati, dengan harapan dia akan kembali menyapa ku walu hanya lewat message. Beberapa bulan, harapan ku itu menjadi kenyataan. Akhirnya dia menghubungi ku, dan meminta maaf atas semua yang telah terjadi di masa lalu.
Hubungan kami pun kian lama kian membaik. Dan ramadhan tahun 2011 ini menjadi ramadhan yang penuh berkah untuk ku, karena kita dapat bersatu lagi menjalin kisah yang telah lama tertunda. Penantian selama 2 tahun setelah putus, kini berbuah manis untuk kami.
Mungkin karena kami semakin dewasa dan dapat mengontrol diri, kami telah mengerti dan memahami posisi kita masing-masing. Tidak seperti dahulu yang belum bisa mengontrol diri, hingga terbawa emosi. Aku dan dia merasakan kembali yang nama nya jatuh cinta, senyum kembali menghiasi hari-hari kami. Beberapa minggu kami menikmati keindahan dan kebahagian dari bersatunya kembali hubungan kami.
Yaaa, tetapi namanya suatu hubungan pasti ada rintangan beserta masalah-masalahnya. Keegoisan dia dahulu ternyata belum berubah, tetap dengan keangkuhan dan sifat dia yang tidak ingin mengalah. Selalu saja aku yang harus terus mengerti dan memahami sifat buruk nya. Sampai di suatu waktu aku sudah kehilangan kesabaran dan tidak tahan lagi menghadapi sikapnya yang terus-terusan tak pernah menghargai perasaan ku, tak dapat mengontrol emosi dan amarah di hati karena ucapannya yang aku rasa sudah keterlaluan dalam menilai aku.
Kami bertengkar karena masalah sepele tetapi menyangkut perasaan, ucapannya terlalu merendahkan ku. Dan akhirnya kami pun memutuskan untuk saling mengintropeksi diri dan tidak berkomunikasi sampai dia bisa mengerti bagaimana cara menghargai perasaan pasangannya.
Aku tak pernah meragukan cintanya, aku percaya bahwa dia tulus menyayangi ku. Namun rupanya dia belum mengerti bagaimana cara menghargai seseorang dan memahami apa yang menjadi keinginan pasangannya. Hingga saat ini aku belum mendapat kabar darinya, aku tidak ingin berharap karena aku takut harapan itu hanya menjadi harapan kosong yang tak akan ada artinya.
Orang tua ku mulai turun tangan, mereka mencoba mengenalkan ku dengan seseorang yang telah memiliki pekerjaan tetap. Orang tuanya pun telah kenal lama dengan orang tua ku. Aku tak tahu keputusan apa yang harus aku ambil, orang tua ku memang tak memaksa jika aku tidak ingin dengan laki-laki tersebut tetapi mereka berkata “ dia laki-laki baik nak, sudah jarang dan sulit menemukan laki-laki seperti itu yang rajin dalam beribadah dan memiliki masa depan yang cerah.”
Aku semakin bimbang, di satu sisi aku ingin menurut dan mengikuti apa yang menjadi kehendak orang tua ku. Aku selalu yakin bahwa pilihan orang tua adalah pilihan yang terbaik untuk anaknya, aku tidak ingin jika suatu hari nanti aku menyesal karena tidak mengikuti kehendak orang tua. Namun disisi lain, hati ku merasa yakin bahwa lelaki pilihan ku akan berubah menjadi seseorang yang aku harapkan selama ini. Dia akan datang dengan membawa perubahan yang lebih baik walaupun status dia tidak seperti yang diinginkan kedua orang tuaku yang berasal dari keluarga militer. Aku yakin, kelak dia akan bisa sukses tanpa latar belakang militer seperti keluarga besar ku...