Selasa, 27 Maret 2012

KETIKA AYAH TAK DAPAT MENGUNGKAPKAN PERASAANNYA


Rumah mu adalah surga mu, begitu ungkapan yang sering kita dengar untuk menggambarkan bagaimana kehangatan dan keharmonisan yang tercipta dikala satu keluarga berkumpul dalam indahnya kebersamaan di dalam rumah. Menghabiskan waktu bersama, melepas lelah dari segala aktivitas keseharian bersama ayah, ibu beserta anak-anaknya.
Suatu keluarga yang dapat dikatakan harmonis dengan segala kecukupan yang dapat terpenuhi termasuk kehangat sebuah keluarga. Terdapat sosok ayah yang gagah dan berwibawa, serta mampu memimpin dan mengayomi istri dan anak-anaknya. Juga terdapat sosok ibu, dengan curahan kasih sayang dan perhatiannya yang begitu besar. Serta satu anak perempuan yang mulai beranjak dewasa dan si bungsunya yang ganteng baru saja meninggalkan bangku sekolah dasarnya.
Ayah seorang pekerja keras yang sampai saat ini telah mencapai kesuksesan bisnisnya dalam dunia kerja. Waktu beliau pun banyak dihabiskan untuk segala macam  urusan pekerjaannya, sehingga dapat disimpulkan hanya sedikit waktu yang dapat digunakan untuk sekedar berkumpul bersama keluarga kecilnya.
Beliau selalu meluangkan waktu untuk bercengkrama bersama istri dan kedua buah hatinya walau dengan kondisi tubuh yang lelah karena banyak beraktivitas di luar rumah. Waktu bersama anak-anaknya pun relatif sedikit, sehingga beliau tidak dapat mengetahui dan memantau langsung bagaimana anak-anaknya beraktivitas khususnya putrinya yang mulai beranjak menjadi wanita dewasa. Hanya sang ibu lah, yang selalu sedia memantau kegiatan mereka sehari-hari.
Tetapi ditengah waktu istirahat malamnya, beliau selalu bertanya kepada istrinya “bagaimana keadaan anak-anak hari ini? apa saja kegiatan anak-anak hari ini? Bagaimana dengan sekolah mereka?” pertanyaan yang setiap harinya tak luput di bicarakan dengan istrinya di kamar tanpa anak-anaknya mengetahui bahwa ayah mereka sangat memperhatikan mereka walau dari jauh.
Disaat putrinya meminta pada ayah untuk membeli sesuatu yang ia inginkan tetapi tidak begitu penting, walaupun ayah mampu untuk membelikannya namun ayah berkata “TIDAK..!!”, bukan karena ayah pelit, tetapi beliau sedang mengajarkan putrinya untuk tidak menjadi anak yang manja yang selalu dipenuhi keinginannya.
Kedekatan ayah dengan anak-anak pun tak sedekat dengan ibunya, karena waktu jua yang tak banyak mendekatkan mereka. Terutama anak gadisnya yang kini telah mengenal laki-laki sebagai tambatan hatinya. Kala itu malam minggu, saat ayah tengah bersantai dengan acara televisi tontonannya lalu putrinya menghampiri dan berkata, “ayah, malam ini aku ingin keluar dengan teman laki-laki, aku meminta ijin kepadamu ayah?” ucapnya dengan wajah berharap agar ayahnya dapat memberikan ijin untuk dirinya keluar malam.
Dengan hati bimbang dan penuh cemas, beliau sesungguhnya belum rela melepas putri nya untuk pergi bersama laki-laki lain tetapi beliau berusaha untuk menjadi ayah yang bijaksana dan mengerti bahwa putri kecilnya sudah beranjak dewasa.
Dengan berat hati ayah berkata, “iya nak, tetapi ingat ya jangan pulang terlampau malam. Jaga dirimu”.
Yang ada difikiranku kala itu, aku senang bahwa ayah telah memberikan ijin untuk ku tanpa mengetahui dibalik wajahnya yang angkuh dan gagah tak nampak bahwa  sesungguhnya hati ayah tengah gusar dan sangat mencemaskan putrinya itu.
Beliau hanya bisa menyuruh istrinya untuk menelpon putrinya, sekedar untuk menanyakan sedang apa dan berada dimana dia untuk menenangkan hati ayah bahwa putrinya dalam keadaan baik-baik saja.
Ketika putrinya mulai lebih percaya dengan laki-laki itu dan mulai mengabaikan peraturan ayah dengan melanggar jam malamnya. Yang dilakukan ayah hanyalah duduk diruang tamu dan menunggu dengan hati yang sangat cemas. Berlarut-larut perasaan itu menyiksa ayah, ketika putrinya pulang hati ayah mengeras dan memarahimu. Ayah melakukan itu untuk menjagaku, karena harta yang paling berharga adalah putrinya.
Disaat ayah tiba-tiba mendengar putrinya sedang telefonan dengan seorang pria di kamar, Sadarkah sesungguhnya ayah cemburu dan hal yang ditakuti ayah akan segera datang bahwa putri kecilnya kelak akan meninggalkan dirinya dan merelakan laki-laki lain untuk menjadi penggantinya kelak.
Ketika anak gadisnya merantau ke kota lain untuk menimba ilmu, bersekolah di sebuah perguruan tinggi. Ayah harus melepaskan dan meninggalkan putrinya sendirian di kota lain yang jauh dari jangkauannya. Tahukah kamu, badan ayah terasa kaku untuk memelukmu seperti ibu yang memeluk putrinya dengan erat. Beliau hanya tersenyum dan menasehatimu serta menyuruhmu untuk berhati-hati. Yang ayah lakukan hanya menghapus sedikit airmata di sudut matanya dan berkata “jaga dirimu baik-baik, nak”
Pada saat putrinya meminta uang untuk segala macam kebutuhannya disana, ayah lah yang pertama berfikir dan berusaha mencari uang agar putrinya tidak merasa kekurangan dan merasa sama dengan teman-temannya.
Ayah aku sadar, dibalik kerasnya sifat mu dan keangkuhanmu dalam mendidik kami anakmu sesungguhnya ada perhatian dan kasih sayang yang begitu besar untuk anak-anakmu.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar