Disini
aku sendiri, tak ada sahabat seperti dahulu.
Tak
ada seseorang yang benar-benar mampu berperan sebagai sahabat.
Karena teman yang aku anggap sahabat,
tak selayaknya dapat disebut teman terlebih lagi sahabat. Sahabat itu bagaikan
simbiosis mutualisme, yang saling menguntungkan, saling melengkapi dan saling
mengerti satu sama lain, bukan seperti
yang hanya memikirkan diri sendiri, tak peduli dengan apa yang orang
rasakan, merasa dirinya paling benar, memanfaatkan orang untuk mencari keuntungan dirinya sendiri. Well, well, well!!
Orang seperti ini, bisa tergolong orang yang memiliki tingkat keegoisan tinggi.
Sahabat itu rela berkorban ya, sahabat itu tanpa pamrih, sahabat itu mau
mendengar, sahabat itu satu prinsip, sahabat itu tak kenal jarak dan waktu yang
memisahkan, sahabat itu mau berbagi rasa pokoknya sahabat itu segalanya deh.
Seperti kata khalil gibran :
Sahabat adalah keperluan jiwa yang mesti dipenuhi.
Dialah ladang hati, yang kau taburi dengan kasih dan kau subur dengan penuh rasa terima kasih. Dan dia pulalah naungan dan pendianganmu. Kerana kau menghampirinya saat hati lupa dan mencarinya saat jiwa memerlukan kedamaian.
Dialah ladang hati, yang kau taburi dengan kasih dan kau subur dengan penuh rasa terima kasih. Dan dia pulalah naungan dan pendianganmu. Kerana kau menghampirinya saat hati lupa dan mencarinya saat jiwa memerlukan kedamaian.
Mau menerima kekurangan dan kelebihan
kita, tanpa memojokan kekurangan terlebih lagi mampu menutupi kekurangan kita
di hadapan orang lain. Yang namanya sahabat itu sulit di cari, beruntunglah
kalian yang memang benar-benar memiliki sahabat. Untuk menjalin persahabatan
pun membutuhkan waktu yang tidak sebentar, perlu pendalaman dan kecocokan hingga
akhirnya dapat memenuhi apa disyaratkan untuk menjadi seorang sahabat. Seperti
kekasih yang perlu diproses, disaring dan melewati beberapa tahap, jangan
pernah menyia-nyiakan arti persahabatan itu sendiri apalagi mengkhianatinya
guys.
Teman?? Posisi seorang teman berada
dibawah sahabat. Mengapa? Karena untuk menjadi seorang sahabat, terlebih dahulu
mampu memenuhi kriteria sebagai teman barulah bisa menjadi sahabat yang
dilanjutkan dengan pendalaman yang lebih spesifik. Tetapi figur teman juga
seharusnya sama seperti sahabat namun memang memiliki perbedaan. Seorang teman
itu, biasanya hanya berperan untuk mengisi hari-hari. Karena teman tidak sampai
detail ya mendalami tentang kepribadian kita tidak seperti sahabat, teman hanya
mengenal kita dari luar pergaulan kita saja.
Seorang teman juga harus memiliki rasa kepedulian,
tenggang rasa, menghargai dan menghormati. Teman itu sangatlah mudah untuk kita
dapatkan, asalkan kita mampu bersosialisasi dengan baik dengan lingkungan
sekitar pasti kita banyak mempunyai teman. Sangat banyak keuntungan yang kita
dapatkan jika kita mampu memiliki begitu banyak teman diberbagai lingkungan.
Seperti ungkapan, banyak teman banyak rejeki. #eeh, salah gak yah.hehe
Namun, ada yang perlu diperhatikan untuk
menjalin hubungan pertemanan ini. Karena hubungan pertemanan, dapat saja goyah
bahkan hilang/terputus jika kita tidak mampu menjaga dan menjalin komunikasi
dengan baik. Tetapi ingat ya kawan, teman itu terbagi atas 2 kategori yaitu
teman yang baik atau teman yang berpura-pura baik didepan kita.. itulah TEMAN
!!
Dari pendahuluan diatas, tentang
kriteria seorang sahabat ataupun teman aku mau cerita deh. Ini cerita ku!! Hehe
#berasa bintang iklan
Awal mulanya dulu yah, saat pertama
masuk kuliah pastinya kelas baru teman baru dong. Yaah, pada saat itu aku
mengenal dia. Saat pertama bertemu didepan kelas, aku melihatnya dari jauh
dalam pikiran ku #ini cewek tampangnya jutek banget yah. Dia pun melihat lalu
aku lempar senyuman saja dan ternyata dia pun membalasnya. Aku belum berkenalan
tuh, karena agak jauh yah jadi aku pikir nanti saja deh kalau udah dikelas dan
kumpul semuannya.
Bel pun berbunyi, kita semua masuk ke
kelas eh ternyata cewek jutek tadi yang saling lempar senyuman dengan ku di
depan kelas duduk berada dibelakang ku. Akhirnya kita berkenalan, kian lama
kian dekat karena tiap hari selalu bersama dia dan teman-temanku yang lain yang
anggotanya berlima tuh. #geng unyu-unyu :D
Lambat laun kita saling mengenal pribadi
masing-masing tapi yang aku ingin jabarkan cewek yang tadi diatas saja yah. Dia
memang sangat suka bercerita tentang hal apa saja, orangnya aktif gak bisa diam
atau kalem gitu kalau kita lagi ngumpul tapi entah kenapa kalau dikelas dia
berubah jadi kalem dan pendiam, pinter juga seh.
Waktu awal-awal kenal dia, kurang begitu
suka sebenanya karena begitu terkesan cari perhatian dari tingkah laku dia yang
gak bisa diam. Tapi entah kenapa, saat semester 3 pembagian kelas baru kita
tetap dipersatukan lagi dalam satu kelas. Akhirnya jadi tambah dekat deh,
kemana-mana selalu sama dia.
Tapi ya itu, dari dulu sebenarnya ada
perasaan yang ganjel. Ada kecocokan seh sama dia tapi sedikit, lebih banyak
yang gak cocoknya terlebih lagi seperti pendahuluan yang dijabarkan diatas tadi
kriteria untuk jadi teman ataupun sahabat. Kalau untuk jadi sekedar teman biasa
mungkin bisa masuk beberapa kriteria itupun cuma beberapa, masih jauh untuk
menjadi sahabat terlebih lagi kebersamaan aku dengannya masih dua setengah
tahun lagi hingga tamat S1. Sifat dia yang gak aku suka, selalu saja ingin
menang sendiri dalam hal apapun ya. APAPUN!!
Dia sering banget cerita tentang
kehidupannya dia dari keluarga sampai masalah pacar. Aku oke saja untuk
mendengarkan segala bentuk uneg-unegnya, selalu aku respon karena aku care sama
dia. Tapi yang aku gak bisa terima dan paling aku gak suka, dia pernah bilang
gini “aku emang suka cerita atau curhat tapi aku gak gitu suka dengerin orang
curhat tentang kehidupannya karena aku aja udah pusing mikirin hidup aku
ngapain harus mikirin kehidupan orang, so aku gak suka jadi pendengar” #waauuu,
nampaknya sekali keegoisannya bukan. Kalau aku gak sengaja cerita atau curhat
neh, dia tuh gak ada respon baliknya dari apa yang aku ceritain cuma sekedar
“oh” atau “eemm”. Dari hal ini saja udah gak masuk banget yah untuk jadi
sahabat, mencerminkan dia gak mau berbagi rasa. Dikala temannya lagi sedih, dia
gak mau ikut merasakan kesedihannya yang dia pikirkan hanya kehidupan dia
seorang tak lebih dari itu.
Dalam hal finansial, bukan pamrih atau
pun yang lainnya karena memang kita sebagai anak kostan yang jauh dari orang
tua pasti terkadang mengalami hal demikian. Disaat dia sedang kesulitan dalam
hal finansial, dengan ikhlas aku bantu semampu dan seadanya keuangan aku.
Tetapi sebaliknya, ketika aku yang berada di dalam kesulitan itu dia mencoba
menghindar dan tidak mau tahu akan keadaan aku. Dia selalu mengalihkannya
dengan caranya, seperti dia tidak percaya bahwa aku memang sedang berada
didalam kesulitan masalah financial itu.
Seorang teman seharusnya bisa menyikapi
hal-hal demikian, menjaga sikap, tidak hanya memikirkan dirinya sendiri, saling
berbagi dan saling mengerti. Kamu mungkin akan melupakan orang
yang tertawa denganmu, tetapi tidak mungkin melupakan orang yang pernah
menangis denganmu. Maka, janganlah kamu hanya menghampiri teman disaat dia
sedang bahagia saja, sedangkan disaat dia berada di dalam kesulitan kamu
meninggalkannya.