Setiap orang menginginkan pekerjaan untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Namun, tak semua orang bisa memperoleh pekerjaan. Apa yang akan anda lakukan seandainya lamaran pekerjaan yang anda tawarkan ke perusahaan-perusahaan atau instansi-instansi terkait ditolak? Atau apa yang akan anda lakukan seandainya anda tidak memiliki kemampuan khusus (special skills) untuk bekerja?
BUDIDAYA AYAM PETELUR
(Gallus sp.)
1. SEJARAH SINGKAT
Ayam petelur adalah ayam-ayam betina dewasa yang dipelihara khusus untuk
diambil telurnya. Asal mula ayam unggas adalah berasal dari ayam hutan dan itik
liar yang ditangkap dan dipelihara serta dapat bertelur cukup banyak. Tahun demi
tahun ayam hutan dari wilayah dunia diseleksi secara ketat oleh para pakar. Arah
seleksi ditujukan pada produksi yang banyak, karena ayam hutan tadi dapat diambil
telur dan dagingnya maka arah dari produksi yang banyak dalam seleksi tadi mulai
spesifik. Ayam yang terseleksi untuk tujuan produksi daging dikenal dengan ayam
broiler, sedangkan untuk produksi telur dikenal dengan ayam petelur. Selain itu,
seleksi juga diarahkan pada warna kulit telur hingga kemudian dikenal ayam
petelur putih dan ayam petelur cokelat. Persilangan dan seleksi itu dilakukan cukup
lama hingga menghasilkan ayam petelur seperti yang ada sekarang ini. Dalam
setiap kali persilangan, sifat jelek dibuang dan sifat baik dipertahankan (“terus
dimurnikan”). Inilah yang kemudian dikenal dengan ayam petelur unggul.
Menginjak awal tahun 1900-an, ayam liar itu tetap pada tempatnya akrab dengan
pola kehidupan masyarakat dipedesaan. Memasuki periode 1940-an, orang mulai
mengenal ayam lain selain ayam liar itu. Dari sini, orang mulai membedakan antara
ayam orang Belanda (Bangsa Belanda saat itu menjajah Indonesia) dengan ayam
liar di Indonesia. Ayam liar ini kemudian dinamakan ayam lokal yang kemudian
disebut ayam kampung karena keberadaan ayam itu memang di pedesaan.
Sementara ayam orang Belanda disebut dengan ayam luar negeri yang kemudian
lebih akrab dengan sebutan ayam negeri (kala itu masih merupakan ayam negeri
galur murni). Ayam semacam ini masih bisa dijumpai di tahun 1950-an yang
dipelihara oleh beberapa orang penggemar ayam. Hingga akhir periode 1980-an,
orang Indonesia tidak banyak mengenal klasifikasi ayam. Ketika itu, sifat ayam
dianggap seperti ayam kampung saja, bila telurnya enak dimakan maka dagingnya
juga enak dimakan. Namun, pendapat itu ternyata tidak benar, ayam negeri/ayam
ras ini ternyata bertelur banyak tetapi tidak enak dagingnya.
Ayam yang pertama masuk dan mulai diternakkan pada periode ini adalah ayam ras petelur white leghorn yang kurus dan umumnya setelah habis masa produktifnya.
Antipati orang terhadap daging ayam ras cukup lama hingga
menjelang akhir periode 1990-an. Ketika itu mulai merebak peternakan ayam
broiler yang memang khusus untuk daging, sementara ayam petelur dwiguna/ayam
petelur cokelat mulai menjamur pula. Disinilah masyarakat mulai sadar bahwa
ayam ras mempunyai klasifikasi sebagai petelur handal dan pedaging yang enak.
Mulai terjadi pula persaingan tajam antara telur dan daging ayam ras dengan telur
dan daging ayam kampung. Sementara itu telur ayam ras cokelat mulai diatas
angin, sedangkan telur ayam kampung mulai terpuruk pada penggunaan resep
makanan tradisional saja. Persaingan inilah menandakan maraknya peternakan
ayam petelur.
Ayam kampung memang bertelur dan dagingnya memang bertelur dan dagingnya
dapat dimakan, tetapi tidak dapat diklasifikasikan sebagai ayam dwiguna secara
komersial-unggul. Penyebabnya, dasar genetis antara ayam kampung dan ayam ras
petelur dwiguna ini memang berbeda jauh. Ayam kampung dengan kemampuan
adaptasi yang luar biasa baiknya. Sehingga ayam kampung dapat mengantisipasi
perubahan iklim dengan baik dibandingkan ayam ras. Hanya kemampuan
genetisnya yang membedakan produksi kedua ayam ini. Walaupun ayam ras itu
juga berasal dari ayam liar di Asia dan Afrika.
2. SENTRA PETERNAKAN
Ayam telah dikembangkan sangat pesat di setiapa negara. Sentra peternakan ayam
petelur sudah dijumpai di seluruh pelosok Indonesia terutama ada di Pulau Jawa
dan Sumatera, tetapi peternakan ayam telah menyebar di Asia dan Afrika serta
sebagian Eropa.
3. J E N I S
Jenis ayam petelur dibagi menjadi dua tipe:
1) Tipe Ayam Petelur Ringan.
Tipe ayam ini disebut dengan ayam petelur putih. Ayam petelur ringan ini
mempunyai badan yang ramping/kurus-mungil/kecil dan mata bersinar.
Bulunya berwarna putih bersih dan berjengger merah. Ayam ini berasal dari
galur murni white leghorn. Ayam galur ini sulit dicari, tapi ayam petelur ringan
komersial banyak dijual di Indonesia dengan berbagai nama. Setiap pembibit
ayam petelur di Indonesia pasti memiliki dan menjual ayam petelur ringan
(petelur putih) komersial ini. Ayam ini mampu bertelur lebih dari 260 telur per
tahun produksi hen house. Sebagai petelur, ayam tipe ini memang khusus untuk
bertelur saja sehingga semua kemampuan dirinya diarahkan pada kemampuan
bertelur, karena dagingnya hanya sedikit. Ayam petelur ringan ini sensitif
terhadapa cuaca panas dan keributan, dan ayam ini mudah kaget dan bila kaget
ayam ini produksinya akan cepat turun, begitu juga bila kepanasan.
2) Tipe Ayam Petelur Medium.
Bobot tubuh ayam ini cukup berat. Meskipun itu, beratnya masih berada di
antara berat ayam petelur ringan dan ayam broiler. Oleh karena itu ayam ini
disebut tipe ayam petelur medium. Tubuh ayam ini tidak kurus, tetapi juga tidak
terlihat gemuk. Telurnya cukup banyak dan juga dapat menghasilkan daging
yang banyak. Ayam ini disebut juga dengan ayam tipe dwiguna. Karena
warnanya yang cokelat, maka ayam ini disebut dengan ayam petelur cokelat
yang umumnya mempunyai warna bulu yang cokelat juga. Dipasaran orang
mengatakan telur cokelat lebih disukai daripada telur putih, kalau dilihat dari
warna kulitnya memang lebih menarik yang cokelat daripada yang putih, tapi
dari segi gizi dan rasa relatif sama. Satu hal yang berbeda adalah harganya
dipasaran, harga telur cokelat lebih mahal daripada telur putih. Hal ini
dikarenakan telur cokelat lebih berat daripada telur putih dan produksinya telur
cokelat lebih sedikit daripada telur putih. Selain itu daging dari ayam petelur
medium akan lebih laku dijual.
yang banyak. Ayam ini disebut juga dengan ayam tipe dwiguna. Karena
warnanya yang cokelat, maka ayam ini disebut dengan ayam petelur cokelat
yang umumnya mempunyai warna bulu yang cokelat juga. Dipasaran orang
mengatakan telur cokelat lebih disukai daripada telur putih, kalau dilihat dari
warna kulitnya memang lebih menarik yang cokelat daripada yang putih, tapi
dari segi gizi dan rasa relatif sama. Satu hal yang berbeda adalah harganya
dipasaran, harga telur cokelat lebih mahal daripada telur putih. Hal ini
dikarenakan telur cokelat lebih berat daripada telur putih dan produksinya telur
cokelat lebih sedikit daripada telur putih. Selain itu daging dari ayam petelur
medium akan lebih laku dijual.
4. MANFAAT
Ayam-ayam petelur unggul yang ada sangat baik dipakai sebagai plasma nutfah
untuk menghasilkan bibit yang bermutu. Hasil kotoran dan limbah dari
pemotongan ayam petelur merupakan hasil samping yang dapat diolah menjadi
pupuk kandang, kompos atau sumber energi (biogas). Sedangkan seperti usus dan
jeroan ayam dapat dijadikan sebagai pakan ternak unggas setelah dikeringkan.
Selain itu ayam dimanfaatkan juga dalam upacara keagamaan.
Ayam-ayam petelur unggul yang ada sangat baik dipakai sebagai plasma nutfah
untuk menghasilkan bibit yang bermutu. Hasil kotoran dan limbah dari
pemotongan ayam petelur merupakan hasil samping yang dapat diolah menjadi
pupuk kandang, kompos atau sumber energi (biogas). Sedangkan seperti usus dan
jeroan ayam dapat dijadikan sebagai pakan ternak unggas setelah dikeringkan.
Selain itu ayam dimanfaatkan juga dalam upacara keagamaan.
5. PERSYARATAN LOKASI
1) Lokasi yang jauh dari keramaian/perumahan penduduk.
2) Lokasi mudah dijangkau dari pusat-pusat pemasaran.
3) Lokasi terpilih bersifat menetap, tidak berpindah-pindah.
6. PEDOMAN TEKNIS BUDIDAYA
Sebelum usaha beternak dimulai, seorang peternak wajib memahami 3 (tiga) unsur
produksi yaitu: manajemen (pengelolaan usaha peternakan), breeding (pembibitan)
dan feeding (makanan ternak/pakan)
6.1. Penyiapan Sarana dan Peralatan
1. Kandang
Iklim kandang yang cocok untuk beternak ayam petelur meliputi
persyaratan temperatur berkisar antara 32,2–35 derajat C, kelembaban
berkisar antara 60–70%, penerangan dan atau pemanasan kandang
sesuai dengan aturan yang ada, tata letak kandang agar mendapat sinar
matahari pagi dan tidak melawan arah mata angin kencang serta
sirkulasi udara yang baik, jangan membuat kandang dengan
permukaan lahan yang berbukit karena menghalangi sirkulasi udara
dan membahayakan aliran air permukaan bila turun hujan, sebaiknya
kandang dibangun dengan sistem terbuka agar hembusan angin cukup
memberikan kesegaran di dalam kandang.
Untuk kontruksi kandang tidak harus dengan bahan yang mahal, yang
penting kuat, bersih dan tahan lama. Selanjutnya perlengkapan
kandang hendaknya disediakan selengkap mungkin seperti tempat pakan, tempat minum, tempat air, tempat ransum, tempat obat-obatan
dan sistem alat penerangan.
Bentuk-bentuk kandang berdasarkan sistemnya dibagi menjadi dua: a)
Sistem kandang koloni, satu kandang untuk banyak ayam yang terdiri
dari ribuan ekor ayam petelur; b) Sistem kandang individual, kandang
ini lebih dikenal dengan sebutan cage. Ciri dari kandang ini adalah
pengaruh individu di dalam kandang tersebut menjadi dominan karena
satu kotak kandang untuk satu ekor ayam. Kandang sistem ini banyak
digunakan dalam peternakan ayam petelur komersial.
Jenis kandang berdasarkan lantainya dibagi menjadi tiga macam yaitu:
1) kandang dengan lantai liter, kandang ini dibuat dengan lantai yang
dilapisi kulit padi, pesak/sekam padi dan kandang ini umumnya
diterapkan pada kandang sistem koloni; 2) kandang dengan lantai
kolong berlubang, lantai untuk sistem ini terdiri dari bantu atau kayu
kaso dengan lubang-lubang diantaranya, yang nantinya untuk
membuang tinja ayam dan langsung ke tempat penampungan; 3)
kandang dengan lantai campuran liter dengan kolong berlubang,
dengan perbandingan 40% luas lantai kandang untuk alas liter dan
60% luas lantai dengan kolong berlubang (terdiri dari 30% di kanan
dan 30% di kiri).
Bentuk-bentuk kandang berdasarkan sistemnya dibagi menjadi dua: a)
Sistem kandang koloni, satu kandang untuk banyak ayam yang terdiri
dari ribuan ekor ayam petelur; b) Sistem kandang individual, kandang
ini lebih dikenal dengan sebutan cage. Ciri dari kandang ini adalah
pengaruh individu di dalam kandang tersebut menjadi dominan karena
satu kotak kandang untuk satu ekor ayam. Kandang sistem ini banyak
digunakan dalam peternakan ayam petelur komersial.
Jenis kandang berdasarkan lantainya dibagi menjadi tiga macam yaitu:
1) kandang dengan lantai liter, kandang ini dibuat dengan lantai yang
dilapisi kulit padi, pesak/sekam padi dan kandang ini umumnya
diterapkan pada kandang sistem koloni; 2) kandang dengan lantai
kolong berlubang, lantai untuk sistem ini terdiri dari bantu atau kayu
kaso dengan lubang-lubang diantaranya, yang nantinya untuk
membuang tinja ayam dan langsung ke tempat penampungan; 3)
kandang dengan lantai campuran liter dengan kolong berlubang,
dengan perbandingan 40% luas lantai kandang untuk alas liter dan
60% luas lantai dengan kolong berlubang (terdiri dari 30% di kanan
dan 30% di kiri).
2. Peralatan
a. Litter (alas lantai)
Alas lantai/litter harus dalam keadaan kering, maka tidak ada atap
yang bocor dan air hujan tidak ada yang masuk walau angin
kencang. Tebal litter setinggi 10 cm, bahan litter dipakai campuran
dari kulit padi/sekam dengan sedikit kapur dan pasir secukupnya,
atau hasi serutan kayu dengan panjang antara 3–5 cm untuk
pengganti kulit padi/sekam.
b. Tempat bertelur
Penyediaan tempat bertelur agar mudah mengambil telur dan kulit
telur tidak kotor, dapat dibuatkan kotak ukuran 30 x 35 x 45 cm yang
cukup untuk 4–5 ekor ayam. Kotak diletakkan dididing kandang
dengan lebih tinggi dari tempat bertengger, penempatannya agar
mudah pengambilan telur dari luar sehingga telur tidak pecah dan
terinjak-injak serta dimakan. Dasar tempat bertelur dibuat miring
dari kawat hingga telur langsung ke luar sarang setelah bertelur dan
dibuat lubah yang lebih besar dari besar telur pada dasar sarang.
a. Litter (alas lantai)
Alas lantai/litter harus dalam keadaan kering, maka tidak ada atap
yang bocor dan air hujan tidak ada yang masuk walau angin
kencang. Tebal litter setinggi 10 cm, bahan litter dipakai campuran
dari kulit padi/sekam dengan sedikit kapur dan pasir secukupnya,
atau hasi serutan kayu dengan panjang antara 3–5 cm untuk
pengganti kulit padi/sekam.
b. Tempat bertelur
Penyediaan tempat bertelur agar mudah mengambil telur dan kulit
telur tidak kotor, dapat dibuatkan kotak ukuran 30 x 35 x 45 cm yang
cukup untuk 4–5 ekor ayam. Kotak diletakkan dididing kandang
dengan lebih tinggi dari tempat bertengger, penempatannya agar
mudah pengambilan telur dari luar sehingga telur tidak pecah dan
terinjak-injak serta dimakan. Dasar tempat bertelur dibuat miring
dari kawat hingga telur langsung ke luar sarang setelah bertelur dan
dibuat lubah yang lebih besar dari besar telur pada dasar sarang.
c. Tempat bertengger
Tempat bertengger untuk tempat istirahat/tidur, dibuat dekat dinding
dan diusahakan kotoran jatuh ke lantai yang mudah dibersihkan dari
luar. Dibuat tertutup agar terhindar dari angin dan letaknya lebih
rendah dari tempat bertelur.
d. Tempat makan, minum dan tempat grit
Tempat makan dan minum harus tersedia cukup, bahannya dari
bambu, almunium atau apa saja yang kuat dan tidak bocor juga tidak
berkarat. Untuk tempat grit dengan kotak khusus
Tempat bertengger untuk tempat istirahat/tidur, dibuat dekat dinding
dan diusahakan kotoran jatuh ke lantai yang mudah dibersihkan dari
luar. Dibuat tertutup agar terhindar dari angin dan letaknya lebih
rendah dari tempat bertelur.
d. Tempat makan, minum dan tempat grit
Tempat makan dan minum harus tersedia cukup, bahannya dari
bambu, almunium atau apa saja yang kuat dan tidak bocor juga tidak
berkarat. Untuk tempat grit dengan kotak khusus
6.2. Peyiapan Bibit
Ayam petelur yang akan dipelihara haruslah memenuhi syarat sebagai berikut,
antara lain:
a) Ayam petelur harus sehat dan tidak cacat fisiknya.
b) Pertumbuhan dan perkembangan normal.
c) Ayam petelur berasal dari bibit yang diketahui keunggulannya.
Ada beberapa pedoman teknis untuk memilih bibit/DOC (Day Old Chicken)
/ayam umur sehari:
a) Anak ayam (DOC ) berasal dari induk yang sehat.
b) Bulu tampak halus dan penuh serta baik pertumbuhannya .
c) Tidak terdapat kecacatan pada tubuhnya.
d) Anak ayam mempunyak nafsu makan yang baik.
e) Ukuran badan normal, ukuran berat badan antara 35-40 gram.
f) Tidak ada letakan tinja diduburnya.
1. Pemilihan Bibit dan Calon Induk
Penyiapan bibit ayam petelur yang berkreteria baik dalam hal ini
tergantung sebagai berikut:
a. Konversi Ransum.
Konversi ransum merupakan perabandingan antara ransum yang
dihabiskan ayam dalam menghasilkan sejumlah telur. Keadaan ini
sering disebut dengan ransum per kilogram telur. Ayam yang baik
akan makan sejumlah ransum dan menghasilkan telur yang lebih
banyak/lebih besar daripada sejumlah ransum yang dimakannya. Bila
ayam itu makan terlalu
banyak dan bertelur sedikit maka hal ini merupakan cermin buruk
bagi ayam itu. Bila bibit ayam mempunyai konversi yang kecil maka
bibit itu dapat dipilih, nilai konversi ini dikemukakan berikut ini pada
berbagai bibit ayam dan juga dapat diketahui dari lembaran daging
yang sering dibagikan pembibit kepada peternak dalam setiap
promosi penjualan bibit ayamnya.
Ayam petelur yang akan dipelihara haruslah memenuhi syarat sebagai berikut,
antara lain:
a) Ayam petelur harus sehat dan tidak cacat fisiknya.
b) Pertumbuhan dan perkembangan normal.
c) Ayam petelur berasal dari bibit yang diketahui keunggulannya.
Ada beberapa pedoman teknis untuk memilih bibit/DOC (Day Old Chicken)
/ayam umur sehari:
a) Anak ayam (DOC ) berasal dari induk yang sehat.
b) Bulu tampak halus dan penuh serta baik pertumbuhannya .
c) Tidak terdapat kecacatan pada tubuhnya.
d) Anak ayam mempunyak nafsu makan yang baik.
e) Ukuran badan normal, ukuran berat badan antara 35-40 gram.
f) Tidak ada letakan tinja diduburnya.
1. Pemilihan Bibit dan Calon Induk
Penyiapan bibit ayam petelur yang berkreteria baik dalam hal ini
tergantung sebagai berikut:
a. Konversi Ransum.
Konversi ransum merupakan perabandingan antara ransum yang
dihabiskan ayam dalam menghasilkan sejumlah telur. Keadaan ini
sering disebut dengan ransum per kilogram telur. Ayam yang baik
akan makan sejumlah ransum dan menghasilkan telur yang lebih
banyak/lebih besar daripada sejumlah ransum yang dimakannya. Bila
ayam itu makan terlalu
banyak dan bertelur sedikit maka hal ini merupakan cermin buruk
bagi ayam itu. Bila bibit ayam mempunyai konversi yang kecil maka
bibit itu dapat dipilih, nilai konversi ini dikemukakan berikut ini pada
berbagai bibit ayam dan juga dapat diketahui dari lembaran daging
yang sering dibagikan pembibit kepada peternak dalam setiap
promosi penjualan bibit ayamnya.
b. Produksi Telur.
Produksi telur sudah tentu menjadi perhatian. Dipilih bibit yang
dapat memproduksi telur banyak. Tetapi konversi ransum tetap
utama sebab ayam yang produksi telurnya tinggi tetapi makannya
banyak juga tidak menguntungkan.
c. Prestasi bibit dilapangan/dipeternakan.
Apabila kedua hal diatas telah baik maka kemampuan ayam untuk
bertelur hanya dalam sebatas kemampuan bibit itu. Contoh prestasi
beberapa jenis bibit ayam petelur dapat dilihat pada data di bawah
ini.
- Babcock B-300 v: berbulu putih, type ringan, produksi telur(hen
house) 270, ransum 1,82 kg/dosin telur.
- Dekalb Xl-Link: berbulu putih, type ringan, produksi telur(hen
house) 255-280, ransum 1,8-2,0 kg/dosin telur.
- Hisex white: berbulu putih, type ringan, produksi telur(hen house)
288, ransum 1,89 gram/dosin telur.
- H & W nick: berbulu putih, type ringan, produksi telur(hen house)
272, ransum 1,7-1,9 kg/dosin telur.
- Hubbarb leghorn: berbulu putih, type ringan, produksi telur(hen
house)260, ransum 1,8-1,86 kg/dosin telur.
- Ross white: berbulu putih, type ringan, produksi telur(hen house)
275, ransum 1,9 kg/dosin telur.
- Shaver S 288: berbulu putih, type ringan, produksi telur(hen
house)280, ransum 1,7-1,9 kg/dosin telur.
- Babcock B 380: berbulu cokelat, type Dwiguna, produksi
telur(hen house) 260-275, ransum 1,9 kg/dosin telur.
- Hisex brown: berbulu cokelat, type Dwiguna, produksi telur(hen
house)272, ransum 1,98 kg/dosin telur.
- Hubbarb golden cornet: berbulu cokelat, type Dwiguna, produksi
telur(hen house) 260, ransum 1,24-1,3 kg/dosin telur.
- Ross Brown: berbulu cokelat, type Dwiguna, produksi telur(hen
house) 270, ransum 2,0 kg/dosin telur.
- Shaver star cross 579: berbulu cokelat, type Dwiguna, produksi
telur(hen house) 265, ransum 2,0-2,08 kg/dosin telur.
- Warren sex sal link: berbulu cokelat, type Dwiguna, produksi
telur(hen house) 280, ransum 2,04 kg/dosin telur.
Produksi telur sudah tentu menjadi perhatian. Dipilih bibit yang
dapat memproduksi telur banyak. Tetapi konversi ransum tetap
utama sebab ayam yang produksi telurnya tinggi tetapi makannya
banyak juga tidak menguntungkan.
c. Prestasi bibit dilapangan/dipeternakan.
Apabila kedua hal diatas telah baik maka kemampuan ayam untuk
bertelur hanya dalam sebatas kemampuan bibit itu. Contoh prestasi
beberapa jenis bibit ayam petelur dapat dilihat pada data di bawah
ini.
- Babcock B-300 v: berbulu putih, type ringan, produksi telur(hen
house) 270, ransum 1,82 kg/dosin telur.
- Dekalb Xl-Link: berbulu putih, type ringan, produksi telur(hen
house) 255-280, ransum 1,8-2,0 kg/dosin telur.
- Hisex white: berbulu putih, type ringan, produksi telur(hen house)
288, ransum 1,89 gram/dosin telur.
- H & W nick: berbulu putih, type ringan, produksi telur(hen house)
272, ransum 1,7-1,9 kg/dosin telur.
- Hubbarb leghorn: berbulu putih, type ringan, produksi telur(hen
house)260, ransum 1,8-1,86 kg/dosin telur.
- Ross white: berbulu putih, type ringan, produksi telur(hen house)
275, ransum 1,9 kg/dosin telur.
- Shaver S 288: berbulu putih, type ringan, produksi telur(hen
house)280, ransum 1,7-1,9 kg/dosin telur.
- Babcock B 380: berbulu cokelat, type Dwiguna, produksi
telur(hen house) 260-275, ransum 1,9 kg/dosin telur.
- Hisex brown: berbulu cokelat, type Dwiguna, produksi telur(hen
house)272, ransum 1,98 kg/dosin telur.
- Hubbarb golden cornet: berbulu cokelat, type Dwiguna, produksi
telur(hen house) 260, ransum 1,24-1,3 kg/dosin telur.
- Ross Brown: berbulu cokelat, type Dwiguna, produksi telur(hen
house) 270, ransum 2,0 kg/dosin telur.
- Shaver star cross 579: berbulu cokelat, type Dwiguna, produksi
telur(hen house) 265, ransum 2,0-2,08 kg/dosin telur.
- Warren sex sal link: berbulu cokelat, type Dwiguna, produksi
telur(hen house) 280, ransum 2,04 kg/dosin telur.
6.3. Pemeliharaan
1. Sanitasi dan Tindakan Preventif
Kebersihan lingkungan kandang (sanitasi) pada areal peternakan
merupakan usaha pencegahan penyakit yang paling murah, hanya dibutuhkan tenaga yang ulet/terampil saja. Tindakan preventif dengan
memberikan vaksin pada ternak dengan merek dan dosis sesuai
catatan pada label yang dari poultry shoup.
2. Pemberian Pakan
Untuk pemberian pakan ayam petelur ada 2 (dua) fase yaitu fase
starter (umur 0-4 minggu) dan fase finisher (umur 4-6 minggu).
a. Kualitas dan kuantitas pakan fase starter adalah sebagai berikut:
- Kwalitas atau kandungan zat gizi pakan terdiri dari protein 22-
24%, lemak 2,5%, serat kasar 4%, Kalsium (Ca) 1%, Phospor (P)
0,7-0,9%, ME 2800-3500 Kcal.
- Kwantitas pakan terbagi/digolongkan menjadi 4 (empat)
golongan yaitu minggu pertama (umur 1-7 hari) 17
gram/hari/ekor; minggu kedua (umur 8-14 hari) 43
gram/hari/ekor; minggu ke-3 (umur 15-21 hari) 66
gram/hari/ekor dan minggu ke-4 (umur 22-29 hari) 91
gram/hari/ekor.
Jadi jumlah pakan yang dibutuhkan tiap ekor sampai pada umur
4 minggu sebesar 1.520 gram.
b. Kwalitas dan kwantitas pakan fase finisher adalah sebagai berikut:
- Kwalitas atau kandungan zat gizi pakan terdiri dari protein 18,1-
21,2%; lemak 2,5%; serat kasar 4,5%; kalsium (Ca) 1%; Phospor
(P) 0,7-0,9% dan energi (ME) 2900-3400 Kcal.
- Kwantitas pakan terbagi/digolongkan dalam empat golongan
umur yaitu: minggu ke-5 (umur 30-36 hari) 111 gram/hari/ekor;
minggu ke-6 (umut 37-43 hari) 129 gram/hari/ekor; minggu ke-7
(umur 44-50 hari) 146 gram/hari/ekor dan minggu ke-8 (umur
51-57 hari) 161 gram/hari/ekor. Jadi total jumlah pakan per ekor
pada umur 30-57 hari adalah 3.829 gram.
3. Pemberian minum disesuaikan dangan umur ayam, dalam hal ini
dikelompokkan dalam 2 (dua) fase yaitu:
1. Sanitasi dan Tindakan Preventif
Kebersihan lingkungan kandang (sanitasi) pada areal peternakan
merupakan usaha pencegahan penyakit yang paling murah, hanya dibutuhkan tenaga yang ulet/terampil saja. Tindakan preventif dengan
memberikan vaksin pada ternak dengan merek dan dosis sesuai
catatan pada label yang dari poultry shoup.
2. Pemberian Pakan
Untuk pemberian pakan ayam petelur ada 2 (dua) fase yaitu fase
starter (umur 0-4 minggu) dan fase finisher (umur 4-6 minggu).
a. Kualitas dan kuantitas pakan fase starter adalah sebagai berikut:
- Kwalitas atau kandungan zat gizi pakan terdiri dari protein 22-
24%, lemak 2,5%, serat kasar 4%, Kalsium (Ca) 1%, Phospor (P)
0,7-0,9%, ME 2800-3500 Kcal.
- Kwantitas pakan terbagi/digolongkan menjadi 4 (empat)
golongan yaitu minggu pertama (umur 1-7 hari) 17
gram/hari/ekor; minggu kedua (umur 8-14 hari) 43
gram/hari/ekor; minggu ke-3 (umur 15-21 hari) 66
gram/hari/ekor dan minggu ke-4 (umur 22-29 hari) 91
gram/hari/ekor.
Jadi jumlah pakan yang dibutuhkan tiap ekor sampai pada umur
4 minggu sebesar 1.520 gram.
b. Kwalitas dan kwantitas pakan fase finisher adalah sebagai berikut:
- Kwalitas atau kandungan zat gizi pakan terdiri dari protein 18,1-
21,2%; lemak 2,5%; serat kasar 4,5%; kalsium (Ca) 1%; Phospor
(P) 0,7-0,9% dan energi (ME) 2900-3400 Kcal.
- Kwantitas pakan terbagi/digolongkan dalam empat golongan
umur yaitu: minggu ke-5 (umur 30-36 hari) 111 gram/hari/ekor;
minggu ke-6 (umut 37-43 hari) 129 gram/hari/ekor; minggu ke-7
(umur 44-50 hari) 146 gram/hari/ekor dan minggu ke-8 (umur
51-57 hari) 161 gram/hari/ekor. Jadi total jumlah pakan per ekor
pada umur 30-57 hari adalah 3.829 gram.
3. Pemberian minum disesuaikan dangan umur ayam, dalam hal ini
dikelompokkan dalam 2 (dua) fase yaitu:
a. Fase starter (umur 1-29 hari) kebutuhan air minum terbagi lagi pada
masing-masing minggu, yaitu minggu ke-1 (1-7 hari) 1,8
lliter/hari/100 ekor; minggu ke-2 (8-14 hari) 3,1 liter/hari/100 ekor;
minggu ke-3 (15-21 hari) 4,5 liter/hari/100 ekor dan minggu ke-4
(22-29 hari) 7,7 liter/hari/ekor.
Jadi jumlah air minum yang dibutuhkan sampai umur 4 minggu
adalah sebanyak 122,6 liter/100 ekor. Pemberian air minum pada
hari pertama hendaknya diberi tambahan gula dan obat anti stress
kedalam air minumnya. Banyaknya gula yang diberikan adalah 50
gram/liter air.
b. Fase finisher (umur 30-57 hari), terkelompok dalam masing-masing
minggu yaitu minggu ke-5 (30-36 hari) 9,5 lliter/hari/100 ekor;
minggu ke-6 (37-43 hari) 10,9 liter/hari/100 ekor; minggu ke-7 (44-
50 hari) 12,7 liter/hari/100 ekor dan minggu ke-8 (51-57 hari) 14,1
liter/hari/ekor. Jadi total air minum 30-57 hari sebanyak 333,4
liter/hari/ekor.
minggu yaitu minggu ke-5 (30-36 hari) 9,5 lliter/hari/100 ekor;
minggu ke-6 (37-43 hari) 10,9 liter/hari/100 ekor; minggu ke-7 (44-
50 hari) 12,7 liter/hari/100 ekor dan minggu ke-8 (51-57 hari) 14,1
liter/hari/ekor. Jadi total air minum 30-57 hari sebanyak 333,4
liter/hari/ekor.
5. Pemberian Vaksinasi dan Obat
Vaksinasi merupakan salah satu cara pengendalian penyakit virus
yang menulardengan cara menciptakan kekebalan tubuh.
Pemberiannya secara teratur sangat penting untuk mencegah penyakit.
Vaksin dibagi menjadi 2 macam yaitu:
Vaksin aktif adalah vaksin mengandung virus hidup. Kekebalan yang
ditimbulkan lebih lama daripada dengan vaksin inaktif/pasif.
Vaksin inaktif, adalah vaksin yang mengandung virus yang telah
dilemahkan/dimatikan tanpa merubah struktur antigenic, hingga
mampu membentuk zat kebal. Kekebalan yang ditimbulkan lebih
pendek, keuntungannya disuntikan pada ayam yang diduga sakit.
Macam-macam vaksin:
a) Vaksin NCD vrus Lasota buatan Drh Kuryna
b) Vaksin NCD virus Komarov buatan Drh Kuryna (vaksin inaktif)
c) Vaksin NCD HB-1/Pestos.
d) Vaksin Cacar/pox, virus Diftose.
e) Vaksin anti RCD Vaksin Lyomarex untuk Marek.
Persyaratan dalam vaksinasi adalah:
a) Ayam yang divaksinasi harus sehat.
b) Dosis dan kemasan vaksin harus tepat.
c) Sterilisasi alat-alat.
6. Pemeliharaan Kandang
Agar bangunan kandang dapat berguna secara efektif, maka bangunan
kandang perlu dipelihara secara baik yaitu kandang selalu dibersihkan
dan dijaga/dicek apabila ada bagian yang rusak supaya segera
disulam/diperbaiki kembali. Dengan demikian daya guna kandang
bisa maksimal tanpa mengurangi persyaratan kandang bagi ternak
yang dipelihara.
7. HAMA DAN PENYAKIT
7.1.Penyakit
1. Berak putih (pullorum)
Menyerang ayam kampung dengan angka kematian yang tinggi.
Penyebab: Salmonella pullorum.
Pengendalian: diobati dengan antibiotika
2. Foel typhoid
Sasaran yang disering adalah ayam muda/remaja dan dewasa.
Penyebab: Salmonella gallinarum.
Gejala: ayam mengeluarkan tinja yang berwarna hijau kekuningan.
Pengendalian: dengan antibiotika/preparat sulfa.
3. Parathyphoid
Menyerang ayam dibawah umur satu bulan.
Penyebab: bakteri dari genus Salmonella.
Pengendalian: dengan preparat sulfa/obat sejenisnya.
4. Kolera
Penyakit ini jarang menyerang anak ayam atau ayam remaja tetapi selain
menyerang ayam menyerang kalkun dan burung merpati.
Penyebab: pasteurella multocida.
Gejala: pada serangan yang serius pial ayam (gelambir dibawah paruh)
akan membesar.
Pengendalian: dengan antibiotika (Tetrasiklin/Streptomisin).
5. Pilek ayam (Coryza)
Menyerang semua umur ayam dan terutama menyerang anak ayam.
Penyebab: makhluk intermediet antara bakteri dan virus.
Gejala: ayam yang terserang menunjukkan tanda-tanda seperti orang pilek.
Pengendalian: dapat disembuhkan dengan antibiotia/preparat sulfa.
6. CRD
CRD adalah penyakit pada ayam yang populer di Indonesia. Menyerang
anak ayam dan ayam remaja. Pengendalian: dilakukan dengan antibiotika
(Spiramisin dan Tilosin).
7. Infeksi synovitis
Penyakit ini sering menyerang ayam muda terutama ayam broiler dan
kalkun.
Penyebab: bakteri dari genus Mycoplasma.
Pengendalian: dengan antibiotika.
Menyerang ayam kampung dengan angka kematian yang tinggi.
Penyebab: Salmonella pullorum.
Pengendalian: diobati dengan antibiotika
2. Foel typhoid
Sasaran yang disering adalah ayam muda/remaja dan dewasa.
Penyebab: Salmonella gallinarum.
Gejala: ayam mengeluarkan tinja yang berwarna hijau kekuningan.
Pengendalian: dengan antibiotika/preparat sulfa.
3. Parathyphoid
Menyerang ayam dibawah umur satu bulan.
Penyebab: bakteri dari genus Salmonella.
Pengendalian: dengan preparat sulfa/obat sejenisnya.
4. Kolera
Penyakit ini jarang menyerang anak ayam atau ayam remaja tetapi selain
menyerang ayam menyerang kalkun dan burung merpati.
Penyebab: pasteurella multocida.
Gejala: pada serangan yang serius pial ayam (gelambir dibawah paruh)
akan membesar.
Pengendalian: dengan antibiotika (Tetrasiklin/Streptomisin).
5. Pilek ayam (Coryza)
Menyerang semua umur ayam dan terutama menyerang anak ayam.
Penyebab: makhluk intermediet antara bakteri dan virus.
Gejala: ayam yang terserang menunjukkan tanda-tanda seperti orang pilek.
Pengendalian: dapat disembuhkan dengan antibiotia/preparat sulfa.
6. CRD
CRD adalah penyakit pada ayam yang populer di Indonesia. Menyerang
anak ayam dan ayam remaja. Pengendalian: dilakukan dengan antibiotika
(Spiramisin dan Tilosin).
7. Infeksi synovitis
Penyakit ini sering menyerang ayam muda terutama ayam broiler dan
kalkun.
Penyebab: bakteri dari genus Mycoplasma.
Pengendalian: dengan antibiotika.
7.2.Penyakit karena Virus
1. Newcastle disease (ND)
ND adalah penyakit oleh virus yang populer di peternak ayam Indonesia.
Pada awalnya penyakit ditemukan tahun 1926 di daerah Priangan.Tungau
(kutuan) Penemuan tersebut tidak tersebar luas ke seluruh dunia.
Kemudian di Eropa, penyakit ini ditemukan lagi dan diberitakan ke
seluruh dunia. Akhirnya penyakit ini disebut Newcastle disease.
2. Infeksi bronchitis
Infeksi bronchitis menyerang semua umur ayam. Pada dewasa penyakit ini menurunkan produksi telur. Penyakit ini merupakan penyakit pernafasan
yang serius untuk anak ayam dan ayam remaja. Tingkat kematian ayam
dewasa adalah rendah, tapi pada anak ayam mencapai 40%. Bila
menyerang ayam petelur menyebabkan telur lembek, kulit telur tidak
normal, putih telur encer dan kuning telur mudah berpindah tempat
(kuning telur yang normal selalu ada ditengah). Tidak ada pengobatan
untuk penyakit ini tetapi dapat dicegah dengan vaksinasi.
3. Infeksi laryngotracheitis
Infeksi laryngotracheitis merupakan penyakit pernapasan yang serius
terjadi pada unggas.
Penyebab: virus yang diindetifikasikan dengan Tarpeia avium. Virus ini di
luar mudah dibunuh dengan desinfektan, misalnya karbol.
Pengendalian: (1) belum ada obat untuk mengatasi penyakit ini; (2)
pencegahan dilakukan dengan vaksinasi dan sanitasi yang ketat.
4. Cacar ayam (Fowl pox)
Gejala: tubuh ayam bagian jengger yang terserang akan bercak-bercak
cacar.
Penyebab: virus Borreliota avium. Pengendalian: dengan vaksinasi.
5. Marek
Penyakit ini menjadi populer sejak tahun 1980-an hingga kini menyerang
bangsa unggas, akibat serangannya menyebabkan kematian ayam hingga
50%. Pengendalian: dengan vaksinasi.
6. Gumboro
Penyakit ini ditemukan tahun 1962 oleh Cosgrove di daerah Delmarva
Amerika Serikat. Penyakit ini menyerang bursa fabrisius, khususnya
menyerang anak ayam umur 3–6 minggu.
ND adalah penyakit oleh virus yang populer di peternak ayam Indonesia.
Pada awalnya penyakit ditemukan tahun 1926 di daerah Priangan.Tungau
(kutuan) Penemuan tersebut tidak tersebar luas ke seluruh dunia.
Kemudian di Eropa, penyakit ini ditemukan lagi dan diberitakan ke
seluruh dunia. Akhirnya penyakit ini disebut Newcastle disease.
2. Infeksi bronchitis
Infeksi bronchitis menyerang semua umur ayam. Pada dewasa penyakit ini menurunkan produksi telur. Penyakit ini merupakan penyakit pernafasan
yang serius untuk anak ayam dan ayam remaja. Tingkat kematian ayam
dewasa adalah rendah, tapi pada anak ayam mencapai 40%. Bila
menyerang ayam petelur menyebabkan telur lembek, kulit telur tidak
normal, putih telur encer dan kuning telur mudah berpindah tempat
(kuning telur yang normal selalu ada ditengah). Tidak ada pengobatan
untuk penyakit ini tetapi dapat dicegah dengan vaksinasi.
3. Infeksi laryngotracheitis
Infeksi laryngotracheitis merupakan penyakit pernapasan yang serius
terjadi pada unggas.
Penyebab: virus yang diindetifikasikan dengan Tarpeia avium. Virus ini di
luar mudah dibunuh dengan desinfektan, misalnya karbol.
Pengendalian: (1) belum ada obat untuk mengatasi penyakit ini; (2)
pencegahan dilakukan dengan vaksinasi dan sanitasi yang ketat.
4. Cacar ayam (Fowl pox)
Gejala: tubuh ayam bagian jengger yang terserang akan bercak-bercak
cacar.
Penyebab: virus Borreliota avium. Pengendalian: dengan vaksinasi.
5. Marek
Penyakit ini menjadi populer sejak tahun 1980-an hingga kini menyerang
bangsa unggas, akibat serangannya menyebabkan kematian ayam hingga
50%. Pengendalian: dengan vaksinasi.
6. Gumboro
Penyakit ini ditemukan tahun 1962 oleh Cosgrove di daerah Delmarva
Amerika Serikat. Penyakit ini menyerang bursa fabrisius, khususnya
menyerang anak ayam umur 3–6 minggu.
7.3.Penyakit karena Jamur dan Toksin
Penyakit ini karena ada jamur atau sejenisnya yang merusak makanan. Hasil
perusakan ini mengeluarkan zak racun yang kemudian di makan ayam. Ada
pula pengolahan bahan yang menyebabkan asam amino berubah menjadi zat
beracun. Beberapa penyakit ini adalah :
Penyakit ini karena ada jamur atau sejenisnya yang merusak makanan. Hasil
perusakan ini mengeluarkan zak racun yang kemudian di makan ayam. Ada
pula pengolahan bahan yang menyebabkan asam amino berubah menjadi zat
beracun. Beberapa penyakit ini adalah :
1. Muntah darah hitam (Gizzerosin)
Ciri kerusakan total pada gizzard ayam. Penyebab: adalah racun dalam
tepung ikan tetapi tidak semua tepung ikan menimbulkan penyakit ini.
Timbul penyakit ini akibat pemanasan bahan makanan yang menguraikan
asam amino hingg menjadi racun.
Pengendalian: belum ada.
2. Racun dari bungkil kacang
Minyak yang tinggi dalam bungkil kelapa dan bungkil kacang merangsang
pertumbuhan jamur dari grup Aspergillus. Untuk menghindari keracunan
bungkil kacang maka dalam rancung tidak digunakan antioksidan atau
bungkil kacang dan bungkil kelapa yang mengandung kadar lemak tinggi.
7.4.Penyakit karena Parasit
1. Cacing
Karena penyakit cacing jarang ditemukan di peternakan yang bersih dan
terpelihara baik. Tetapi peternakan yang kotor banyak siput air dan
minuman kotor maka mungkin ayam terserang cacingan. Ciri serangan
cacingan adalah tubuhnya kurus, bulunya kusam, produksi telur merosot
dan kurang aktif.
2. Kutu
Banyak menyerang ayam di peternakan Indonesia. Dari luar kutu tidak
terlihat tapi bila bulu ayam disibak akan terlihat kutunya. Tanda fisik ayam
terserang ayam akan gelisah. Kutu umum terdapat di kandang yang tidak
terkena sinar matahari langsung maka sisi samping kandang diarahkan
melintang dari Timur ke Barat. Penggunaan semprotan kutu sama dengan
cara penyemprotan nyamuk. Penyemprotan ini tidak boleh mengenai
tangan dan mata secara langsung dan penyemprotan dilakukan malam hari
sehingga pelaksanaannya lebih mudah karena ayam tidak aktif.
Karena penyakit cacing jarang ditemukan di peternakan yang bersih dan
terpelihara baik. Tetapi peternakan yang kotor banyak siput air dan
minuman kotor maka mungkin ayam terserang cacingan. Ciri serangan
cacingan adalah tubuhnya kurus, bulunya kusam, produksi telur merosot
dan kurang aktif.
2. Kutu
Banyak menyerang ayam di peternakan Indonesia. Dari luar kutu tidak
terlihat tapi bila bulu ayam disibak akan terlihat kutunya. Tanda fisik ayam
terserang ayam akan gelisah. Kutu umum terdapat di kandang yang tidak
terkena sinar matahari langsung maka sisi samping kandang diarahkan
melintang dari Timur ke Barat. Penggunaan semprotan kutu sama dengan
cara penyemprotan nyamuk. Penyemprotan ini tidak boleh mengenai
tangan dan mata secara langsung dan penyemprotan dilakukan malam hari
sehingga pelaksanaannya lebih mudah karena ayam tidak aktif.
7.5.Penyakit karena Protoza
Penyakit ini berasal dari protozoa (trichomoniasis, Hexamitiasis dan
Blachead), penyakit ini dimasukkan ke golongan parasit tetapi sebenarnya
berbeda. Penyakit ini jarang menyerang ayam lingkungan peternakan dijaga
kebersihan dari alang-alang dan genangan air.
Penyakit ini berasal dari protozoa (trichomoniasis, Hexamitiasis dan
Blachead), penyakit ini dimasukkan ke golongan parasit tetapi sebenarnya
berbeda. Penyakit ini jarang menyerang ayam lingkungan peternakan dijaga
kebersihan dari alang-alang dan genangan air.
8. P A N E N
8.1. Hasil Utama
Hasil utama dari budidaya ayam petelur adalah berupa telur yang diahsilkan
oelh ayam. Sebaiknya telur dipanen 3 kali dalam sehari. Hal ini bertujuan agar
kerusakan isi tlur yang disebabkan oleh virus dapat terhindar/terkurangi.
Pengambilan pertama pada pagi hari antara pukul 10.00-11.00; pengambilan
kedua pukul 13.00-14.00; pengambilan ketiga (terakhir)sambil mengecek
seluruh kandang dilakukan pada pukul 15.00-16.00.
8.2. Hasil Tambahan
Hasil tambahan yang dapat dinukmati dari hasil budidaya ayam petelur adalah
daging dari ayam yang telah tua (afkir) dan kotoran yang dapat dijual untuk
dijadikan pupuk kandang.
8.3. Pengumpulan
Telur yang telah dihasilkan diambil dan diletakkan di atas egg tray (nampan
telur). Dalam pengambilan dan pengumpulan telur, petugas pengambil harus
langsung memisahkan antara telur yang normal dengan yang abnormal. Telur
normal adalah telur yang oval, bersih dan kulitnya mulus serta beratnya 57,6
gram dengan volume sebesar 63 cc. Telur yang abnormal misalnya telurnya
kecil atau terlalu besar, kulitnya retak atau keriting, bentuknya lonjong.
8.4. Pembersihan
Setelah telur dikumpulkan, selanjutnya telur yang kotor karena terkena litter
atau tinja ayam dibershkan. Telur yang terkena litter dapat dibersihkan dengan
amplas besi yang halus, dicuci secara khusus atau dengan cairan pembersih.
Hasil utama dari budidaya ayam petelur adalah berupa telur yang diahsilkan
oelh ayam. Sebaiknya telur dipanen 3 kali dalam sehari. Hal ini bertujuan agar
kerusakan isi tlur yang disebabkan oleh virus dapat terhindar/terkurangi.
Pengambilan pertama pada pagi hari antara pukul 10.00-11.00; pengambilan
kedua pukul 13.00-14.00; pengambilan ketiga (terakhir)sambil mengecek
seluruh kandang dilakukan pada pukul 15.00-16.00.
8.2. Hasil Tambahan
Hasil tambahan yang dapat dinukmati dari hasil budidaya ayam petelur adalah
daging dari ayam yang telah tua (afkir) dan kotoran yang dapat dijual untuk
dijadikan pupuk kandang.
8.3. Pengumpulan
Telur yang telah dihasilkan diambil dan diletakkan di atas egg tray (nampan
telur). Dalam pengambilan dan pengumpulan telur, petugas pengambil harus
langsung memisahkan antara telur yang normal dengan yang abnormal. Telur
normal adalah telur yang oval, bersih dan kulitnya mulus serta beratnya 57,6
gram dengan volume sebesar 63 cc. Telur yang abnormal misalnya telurnya
kecil atau terlalu besar, kulitnya retak atau keriting, bentuknya lonjong.
8.4. Pembersihan
Setelah telur dikumpulkan, selanjutnya telur yang kotor karena terkena litter
atau tinja ayam dibershkan. Telur yang terkena litter dapat dibersihkan dengan
amplas besi yang halus, dicuci secara khusus atau dengan cairan pembersih.
Biasanya pembersihan dilakukan untuk telur tetas.
9. PASCA PANEN
10. ANALISIS EKONOMI BUDIDAYA TANAMAN
10.1. Analisis Usaha Budidaya
Perkiraan analisis budidaya ayam petelur buras (150 ekor) tahun 1998 di
Bintaro, Jakarta.
1) Biaya produksi
a. Modal tetap (investasi)
- Kandang dan atap
- Induk 150 ekor @ Rp. 17.500,-
Jumlah biaya modal tetap
Rp. 225.000,-
Rp. 2.626.000,-
Rp. 2.850.000,-
b. Modal kerja/variabel
- Pakan 90 gr x 150 x Rp. 1.210,-/kg x 30
- Penyusutan kandang (4tahun)
- Penyusutan induk (umur produktif 2 tahun)
- Obat-obatan
- Resiko kematian 3% per tahun
Rp. 490.000,-
Rp. 4.700,-
Rp. 109.375,-
Rp. 1.000,-
Rp. 6.565,-
Jumlah biaya modal kerja Rp. 611.640,-
Jumlah biaya prasarana produksi Rp. 611.640,-
2) Pendapatan
a. Telur 60 x Rp. 650,- x 30 Rp. 1.170.000,-
b. Ayam afkir 141 ekor x Rp. 10.000,- Rp. 58.750,-
Jumlah pendapatan Rp. 1.228.750,-
3) Keuntungan
a. Rp. 1228.750,- – Rp. 611.640,- = Rp. 617.110,-
4) Parameter kelayakan usaha
a. B/C ratio = 2,0
Keterangan :
- Perhitungan biaya dan pendapatan dilakukan dalam 1 bulan
- Harga-harga diperhitungkan pada bulan November 1998
- Diperlukan luas tanah 40 m2
Perkiraan analisis budidaya ayam petelur buras (150 ekor) tahun 1998 di
Bintaro, Jakarta.
1) Biaya produksi
a. Modal tetap (investasi)
- Kandang dan atap
- Induk 150 ekor @ Rp. 17.500,-
Jumlah biaya modal tetap
Rp. 225.000,-
Rp. 2.626.000,-
Rp. 2.850.000,-
b. Modal kerja/variabel
- Pakan 90 gr x 150 x Rp. 1.210,-/kg x 30
- Penyusutan kandang (4tahun)
- Penyusutan induk (umur produktif 2 tahun)
- Obat-obatan
- Resiko kematian 3% per tahun
Rp. 490.000,-
Rp. 4.700,-
Rp. 109.375,-
Rp. 1.000,-
Rp. 6.565,-
Jumlah biaya modal kerja Rp. 611.640,-
Jumlah biaya prasarana produksi Rp. 611.640,-
2) Pendapatan
a. Telur 60 x Rp. 650,- x 30 Rp. 1.170.000,-
b. Ayam afkir 141 ekor x Rp. 10.000,- Rp. 58.750,-
Jumlah pendapatan Rp. 1.228.750,-
3) Keuntungan
a. Rp. 1228.750,- – Rp. 611.640,- = Rp. 617.110,-
4) Parameter kelayakan usaha
a. B/C ratio = 2,0
Keterangan :
- Perhitungan biaya dan pendapatan dilakukan dalam 1 bulan
- Harga-harga diperhitungkan pada bulan November 1998
- Diperlukan luas tanah 40 m2
10.2. Gambaran Peluang Agribisnis
Dewasa ini kebutuhan telur dalam negeri terus meningkat sejalan dengan
peningkatan pola hidup manusia dalam meningkatkan kebutuhan akan
protein hewani yang berasal dari telur. Selain itu juga adanya program
pemerintah dalam meningkatkan gizi masyarakat terutama anak-anak.
Kebutuhan akan telur yang terus meningkat tidak diimbangi dengan produksi
telur yang besar sehingga terjadilah kekurangan persediaan telur yang
mengakibatkan harga telur mahal.
Dengan melihat kondisi tersebut budidaya ayam petelur dapat memberikan
keuntungan yang menjanjikan bila di kelola secara intensif dan terpadu.
pemerintah dalam meningkatkan gizi masyarakat terutama anak-anak.
Kebutuhan akan telur yang terus meningkat tidak diimbangi dengan produksi
telur yang besar sehingga terjadilah kekurangan persediaan telur yang
mengakibatkan harga telur mahal.
Dengan melihat kondisi tersebut budidaya ayam petelur dapat memberikan
keuntungan yang menjanjikan bila di kelola secara intensif dan terpadu.
11. DAFTAR PUSTAKA
1. Muhammad Rasyaf, Dr.,Ir. Beternak Ayam Pedaging. Penerbit Penebar
Swadaya (anggota IKAPI) Jakarta.
2. Cahyono, Bambang, Ir.1995. Cara Meningkatkan Budidaya Ayam Ras
Pedaging (Broiler). Penerbit Pustaka Nusatama Yogyakarta.
12. KONTAK HUBUNGAN
1. Proyek Pengembangan Ekonomi Masyarakat Pedesaan – BAPPENAS
Jl.Sunda Kelapa No. 7 Jakarta, Tel. 021 390 9829 , Fax. 021 390 9829
2. Kantor Menteri Negara Riset dan Teknologi, Deputi Bidang Pendayagunaan
dan Pemasyarakatan Iptek, Gedung II BPPT Lantai 6, Jl. M.H.Thamrin No. 8,
Jakarta 10340, Indonesia, Tel. +62 21 316 9166~69, Fax. +62 21 310 1952,
1. Proyek Pengembangan Ekonomi Masyarakat Pedesaan – BAPPENAS
Jl.Sunda Kelapa No. 7 Jakarta, Tel. 021 390 9829 , Fax. 021 390 9829
2. Kantor Menteri Negara Riset dan Teknologi, Deputi Bidang Pendayagunaan
dan Pemasyarakatan Iptek, Gedung II BPPT Lantai 6, Jl. M.H.Thamrin No. 8,
Jakarta 10340, Indonesia, Tel. +62 21 316 9166~69, Fax. +62 21 310 1952,
sumber: (http://safril.wordpress.com/2009/03/22/panduan-gratis-usaha-mandiri/)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar