Jumat, 15 Juni 2012

Cinta PertamaKu bukanlah Pacar Pertamaku!! Part II



Pada cerita sebelumnya, berakhir saat lelaki idaman temanku menyatakan cintanya padaku. Disitu aku terkejut dan kaget sekaget-kagetnya. Bagaimana tidak, selama berhari-hari dia terlihat mendekati teman ku itu. Mengapa hari itu, dia malah menyatakan cinta nya padaku bukan pada teman ku. Apa mungkin dia salah orang atau mata nya kicer karena dia pikir aku adalah teman ku atau mungkin dia sedang latihan menyatakan cintanya????
Heeeemmmm, tapi itu semua salah.!!! Dia memang benar-benar menyatakan cintanya untukku. Jelas saja aku langsung menolaknya, lalu dia berusaha untuk meyakinkan ku saat itu. Tetap saja aku tidak bisa dan langsung pergi meninggalkan dia. Aku kembali berkumpul dengan teman-temanku, teman ku bertanya apa yang dibicarakan dia? Aku hanya menjawab, “tidak ada apa-apa, dia hanya bercerita sedikit saja tentang kedekatan mu dengannya”. Teman ku terlihat gembira sekali, seolah-olah yang dia ketahui sebentar lagi lelaki idaman nya itu akan menyatakan cintanya. Aku memilih untuk menutupi apa yang dibicarakannya tadi denganku.
Dikelas dari kejauhan dia selalu memperhatikanku, aku takut jika nanti temanku mengetahui apa yang sebenarnya terjadi. Aku tidak ingin mengkhianati temanku itu, aku sudah merasakan sebelumnya. Cinta pertama pada Mr.Z yang belum terbalaskan hingga saat itu dan aku tidak ingin hal itu terjadi pada temanku.
Aku mencoba berbicara lagi dengan dia tanpa sepengetahuan teman-temanku. Ku coba jelaskan bahwa temanku memang sungguh-sungguh menyukainya, dan berharap dia menyatakan cintanya. Namun, dia tetap kekeh tentang perasaan nya padaku. Aku bujuk dengan berbagai kata, karena cinta itu bisa tumbuh jika selalu bersama. Tetap saja dia tidak bisa, aku terlihat sedih dan kebingungan dihadapannya. Aku tidak tahu lagi harus bagaimana, karena posisi ku sebagai mak comblang dan aku harus mengatasinya sendiri karena teman-temanku memang tidak ada yang mengetahui.
Melihatku kebingungan, akhirnya dia mau melakukan apa yang ku minta walaupun dengan raut wajah terpaksa. Aku terkejut bahagia, lalu aku lebih meyakinkannya lagi bahwa dia akan bahagia bersama orang yang mencintainya. #yaaaahhhh, dia mau melakukannya meskipun terpaksa, dia mau melakukannya meski hanya untukku.
Akhirnya aku bisa melihat temanku bahagia bisa bersatu dengan orang yang dicintainya. Hari demi hari ku saksikan kebahagiaan kebersamaan mereka, namun tetap terlihat bahwa dia memang terpaksa menjalaninya. Terkadang aku merasa bersalah, memaksakan perasaannya untuk orang yang tidak dia cintai.
Hingga pada akhirnya, teman ku merasakan hal yang aneh dengan lelaki yang dicintainya itu. Keterpaksaan lelaki itu menjalani hubungan dengannya sudah mulai terbaca dari sikapnya. Temanku mulai bingung dan mengutarakan kebingungannya padaku. Aku berusaha untuk meyakinkannya bahwa itu hanya sekedar perasaan dia saja. Temanku masih tak percaya, dan dia langsung membicarakan hal yang dia rasakan pada lelaki itu.
Dari situ semuanya terungkap, lelaki itu menceritakan apa yang sebenarnya dia rasakan, kepada siapa sebenarnya cinta itu ditujukan. Teman ku mengetahui semuanya, rasa sedih, kecewa, sakit, terkejut pasti dia rasakan. Dia memanggilku untuk membicarakan dan menyelesaikan masalah ini.
Disuatu tempat, kami duduk bertiga dengan suasana yang tidak mengenakan tegang sekaligus sedih. Temanku berbicara semua yang dia ketahui dari lelaki itu dengan air mata, aku dan dia hanya bisa terdiam mendengarkan seluruh gundah yang dikeluarkan temanku. Temanku memang sangat marah padaku, namun dia tahu ini semua ku lakukan untuk kebahagiaannya.
Lalu dia bertanya kepada kekasihnya itu, “apa kamu benar-benar mencintai temanku ini??” aku kaget dan terkejut mendengarnya, apa yang ingin dia lakukan dengan menanyakan hal seperti itu. Dan lelaki itu menjawab, “yaa, maaf aku mencintai teman mu ini dari sebelum kita dekat dan bersama. Aku sempat mengutarakan perasaan ku kepadanya, namun dia menolaknya karena dia tidak ingin menyakiti dan melihatmu sedih” ujarnya. Aku hanya bisa terdiam mendengarkan pembicaraan mereka.
Temanku berkata, “aku tidak bisa melarang kalian untuk saling mencintai, aku juga tidak mau menjadi penghalang kebahagiaan kalian, dan aku tidak mau memaksakan kehendak hanya karena mementingkan perasaan ku saja. Aku lebih bahagia jika melihat teman baik ku bahagia dengan orang yang bisa mencintainya dengan tulus tanpa paksaan. Aku menyayangi kalian berdua, dan aku menginginkan kalian bahagia. Tidak perlu memikirkan perasaan ku, karena aku yakin suatu saat aku akan menemukan lelaki yang memang benar-benar mencintaiku”.
Dan akhirnya, lelaki itulah yang menjadi Mr.X ku sebagai pacar pertamaku dikelas 2 SMP. Kami menjalani hubungan itu satu tahun lebih, hingga kami lulus dari bangku SMP dan terpisah untuk bersekolah di tempat yang berbeda.
Ikuti terus ceritaku ini ke part-part selanjunya, dengan Mr.Z dan Mr.X ku.....---->>

Tidak ada komentar:

Posting Komentar