Pada
cerita sebelumnya, berakhir saat lelaki idaman temanku menyatakan cintanya
padaku. Disitu aku terkejut dan kaget sekaget-kagetnya. Bagaimana tidak, selama
berhari-hari dia terlihat mendekati teman ku itu. Mengapa hari itu, dia malah
menyatakan cinta nya padaku bukan pada teman ku. Apa mungkin dia salah orang
atau mata nya kicer karena dia pikir aku adalah teman ku atau mungkin dia
sedang latihan menyatakan cintanya????
Heeeemmmm,
tapi itu semua salah.!!! Dia memang benar-benar menyatakan cintanya untukku.
Jelas saja aku langsung menolaknya, lalu dia berusaha untuk meyakinkan ku saat
itu. Tetap saja aku tidak bisa dan langsung pergi meninggalkan dia. Aku kembali
berkumpul dengan teman-temanku, teman ku bertanya apa yang dibicarakan dia? Aku
hanya menjawab, “tidak ada apa-apa, dia hanya bercerita sedikit saja tentang
kedekatan mu dengannya”. Teman ku terlihat gembira sekali, seolah-olah yang dia
ketahui sebentar lagi lelaki idaman nya itu akan menyatakan cintanya. Aku
memilih untuk menutupi apa yang dibicarakannya tadi denganku.
Dikelas
dari kejauhan dia selalu memperhatikanku, aku takut jika nanti temanku
mengetahui apa yang sebenarnya terjadi. Aku tidak ingin mengkhianati temanku
itu, aku sudah merasakan sebelumnya. Cinta pertama pada Mr.Z yang belum
terbalaskan hingga saat itu dan aku tidak ingin hal itu terjadi pada temanku.
Aku
mencoba berbicara lagi dengan dia tanpa sepengetahuan teman-temanku. Ku coba
jelaskan bahwa temanku memang sungguh-sungguh menyukainya, dan berharap dia
menyatakan cintanya. Namun, dia tetap kekeh tentang perasaan nya padaku. Aku
bujuk dengan berbagai kata, karena cinta itu bisa tumbuh jika selalu bersama.
Tetap saja dia tidak bisa, aku terlihat sedih dan kebingungan dihadapannya. Aku
tidak tahu lagi harus bagaimana, karena posisi ku sebagai mak comblang dan aku
harus mengatasinya sendiri karena teman-temanku memang tidak ada yang
mengetahui.
Melihatku
kebingungan, akhirnya dia mau melakukan apa yang ku minta walaupun dengan raut
wajah terpaksa. Aku terkejut bahagia, lalu aku lebih meyakinkannya lagi bahwa
dia akan bahagia bersama orang yang mencintainya. #yaaaahhhh, dia mau
melakukannya meskipun terpaksa, dia mau melakukannya meski hanya untukku.
Akhirnya
aku bisa melihat temanku bahagia bisa bersatu dengan orang yang dicintainya.
Hari demi hari ku saksikan kebahagiaan kebersamaan mereka, namun tetap terlihat
bahwa dia memang terpaksa menjalaninya. Terkadang aku merasa bersalah,
memaksakan perasaannya untuk orang yang tidak dia cintai.
Hingga
pada akhirnya, teman ku merasakan hal yang aneh dengan lelaki yang dicintainya
itu. Keterpaksaan lelaki itu menjalani hubungan dengannya sudah mulai terbaca
dari sikapnya. Temanku mulai bingung dan mengutarakan kebingungannya padaku.
Aku berusaha untuk meyakinkannya bahwa itu hanya sekedar perasaan dia saja.
Temanku masih tak percaya, dan dia langsung membicarakan hal yang dia rasakan
pada lelaki itu.
Dari
situ semuanya terungkap, lelaki itu menceritakan apa yang sebenarnya dia
rasakan, kepada siapa sebenarnya cinta itu ditujukan. Teman ku mengetahui
semuanya, rasa sedih, kecewa, sakit, terkejut pasti dia rasakan. Dia
memanggilku untuk membicarakan dan menyelesaikan masalah ini.
Disuatu
tempat, kami duduk bertiga dengan suasana yang tidak mengenakan tegang
sekaligus sedih. Temanku berbicara semua yang dia ketahui dari lelaki itu
dengan air mata, aku dan dia hanya bisa terdiam mendengarkan seluruh gundah
yang dikeluarkan temanku. Temanku memang sangat marah padaku, namun dia tahu
ini semua ku lakukan untuk kebahagiaannya.
Lalu
dia bertanya kepada kekasihnya itu, “apa kamu benar-benar mencintai temanku
ini??” aku kaget dan terkejut mendengarnya, apa yang ingin dia lakukan dengan
menanyakan hal seperti itu. Dan lelaki itu menjawab, “yaa, maaf aku mencintai
teman mu ini dari sebelum kita dekat dan bersama. Aku sempat mengutarakan
perasaan ku kepadanya, namun dia menolaknya karena dia tidak ingin menyakiti
dan melihatmu sedih” ujarnya. Aku hanya bisa terdiam mendengarkan pembicaraan
mereka.
Temanku
berkata, “aku tidak bisa melarang kalian untuk saling mencintai, aku juga tidak
mau menjadi penghalang kebahagiaan kalian, dan aku tidak mau memaksakan
kehendak hanya karena mementingkan perasaan ku saja. Aku lebih bahagia jika
melihat teman baik ku bahagia dengan orang yang bisa mencintainya dengan tulus
tanpa paksaan. Aku menyayangi kalian berdua, dan aku menginginkan kalian
bahagia. Tidak perlu memikirkan perasaan ku, karena aku yakin suatu saat aku
akan menemukan lelaki yang memang benar-benar mencintaiku”.
Dan
akhirnya, lelaki itulah yang menjadi Mr.X ku sebagai pacar pertamaku dikelas 2
SMP. Kami menjalani hubungan itu satu tahun lebih, hingga kami lulus dari
bangku SMP dan terpisah untuk bersekolah di tempat yang berbeda.
Ikuti
terus ceritaku ini ke part-part selanjunya, dengan Mr.Z dan Mr.X
ku.....---->>
Tidak ada komentar:
Posting Komentar